3:57 PM
Insanpers
No comments
Kalian yang sekolah atau kuliah di Teknik Informatika atau Sistem Informatika pasti paham tentang hal ini. Bagi kalian yang sering otak- atik html atau css secara otodidak pasti juga sudah tidak asing lagi dengan Wordpress, Blogger, Joomla dan masih banyak lagi teman- teman mereka.
Hanya untuk berbagi informasi saja, ketika kalian bertanya pada google dengan kata kunci yang seadanya tanpa menemukan dengan mudah nama keluarga mereka sebenarnya siapa. Ini dahulu juga terjadi pada saya ketika saya mulai mendengan istilah wordpress blog, blogger blog, jomla, drupal dan banyak lagi yang lainnya. Hanya penasaran awalnya, kenapa ada perbedaan nama diantara mereka? Lalu mereka itu apa? Wolf pack kah? atau sejenis rempah- rempah di dunia maya? atau hanya sekedar nama produk saja? tapi produk apa mereka sebenarnya?
Ya begitulah,..
Wordpress blog, blogger blog, jomla, drupal dan banyak lagi yang lainnya adalah CMS. Lalu apa itu CMS? Cemes ya? atau Cemezzzh? ohhh syiiiitt!!! pa an sih!
CMS adalah Content Management System. Ya begitulah, dari artinya saja sudah menyinggung tentang sistem, isi dan mengelola. Jadi, jika ingin berurusan dengan website, salah satunya bisa menggunakan yang satu ini. Misal, kalian pernah mendengar atau menemukan yang namanya themes website. CMS ini akan menjadi bagian yang membentuk layout atau tampilan website yang kalian inginkan. Lebih dari itu, masing masing CMS akan punya ciri khas nya masing masing. Bisa dibilang layaknya software corel draw dan adobe illustrator yang sama- sama berbasis vector atau web browser google chrome dan Opera yang memiliki fungsi sama. Yang jelas mereka semua adalah produk. Produk dengan keunggulan dan kekurangan masing- masing yang berkenaan dengan selera penggunanya.
5:26 AM
Team InsanPers
No comments
History:
Berawal dari sebuah pergerakan bawah tanah, awal munculnya ide clothing dikenal sebagai sebuah langkah untuk melawan korporasi (produsen) yang menjual produknya dengan harga yang tidak sesuai dengan kantong. Dengan istilah DIY (Do It Yourself), cara ini mulai digunakan komunitas untuk memproduksi dan menjual hasil produk yang mereka buat untuk sekedar mencukupi kebutuhan komunitas mereka.
Lambat laun, seperti layaknya kepentingan ekonomi produktif yang lain, cara memproduksi dan pendistribusian produk semacam ini semakin lekat dan familiar masuk dalam kehidupan muda- mudinya. Mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan yakni; design kaos yang sesuai dan juga faktor- fartor lain yang menjadi pendukung daya tarik mereka terhadap hasil produksi.
Munculnya DISTRO (Distribution Outlet) merupakan salah satu jenis perubahan dan perkembangan yang dialami oleh clothing line yang ada di Indonesia. Bandung menjadi kota yang meramaikan lahirnnya DISTRO di Indonesia, SECARA pergerakan anarchy bisa dibilang muncul dari tanah sunda. Berawal dari 347 eat 1996 sekarang dikenal dengan UNKL347 disusul tahun 1997 oleh Ouval Research sekarang dikenal dengan ®Sch. menjadi tonggak masuknya produksi DIY menjadi bagian dari industri di Indonesia.
Nah, stlah membaca sedikit pendahuluan diatas, ini bagian penting yang kalian butuh ketahui dari bisnis clothing line. Sebenarnya, jenis bisnis yang satu ini tidak berbeda dengan bisnis- bisnis lain yang telah ada dan berkembang pesat. Hanya saja, pendekatan yang dilakukan pastilah ada perbedaan dari satu dan lainnya.
Product Positioning:
Memposisikan sebuah produk merupakan hal penting bagi brand yang ingin bersaing dan menjadi pemenang dimata konsumer. Kenapa konsumer? mereka adalah target yang harus kita capai sebagai pemicu berhasil atau tidaknya sebuah brand konsep menggengam kata tercapai dan menjadi bagian dari konsumer.
Teori lawas tentang pemilihan nama brand menjadi branding utama merupakan hal cliche yang sudah banyak orang ketahui dan lakukan. Sebagai analogi; jika kalian ingin membuat sebuah band metal, hal konservatif yang perlu dilakukan adalah memilih nama band dengan sentuhan atau atmosphere kegelapan atau darah di dalamnya. Kemudian memilih logo atau cover album/ flyer/ poster dengan visual tengkorak sebagai sarana dedikasi pada band- band sebelum mereka, contoh nama band; suicide, murder, slaughter, dll dengan menghadirkan tengkorak untuk cover album/ flyer/ poster yang mereka visualisakan pada setiap kesempatan. Hal itu dilakukan bukan semata- mata tanpa alasan, tetapi dengan kesengajaan bahwa secara tidak langsung mereka memahami istilah TO (Target Audience) yang mereka ingin jangkau tanpa memberi kesempatan pada para penikmat musik metal gagal paham terhadap apa yang mereka ingin sajikan dalam musik mereka. Maka, dengan cara meminimalisir atau bahkan menyingkirkan kesempatan untuk salah sasaran yang nanti bakal muncul, mereka justru memilih untuk meniadakan segala bentuk misleading ataupun mis-target.
Melalui analogi band di atas kita sebagai pemilik brand akan mendapatkan banyak keuntungan dengan cara mengetahui Target Audience atau market yang akan kita tuju tanpa harus bingung membuat produk- produk tanpa ada tujuan untuk siapa produk- produk tersebut. Dengan ini selama proses kreatif pencarian ide- ide dan proses pemasaran setelah barang jadi akan berjalan dengan tertata rapi.
Semakin berkembangnya jaman, regenerasi dan banyak lain hal yang terus mengalami perubahan, pemilihan nama brand sebagai sebuah hal terpenting tidak lagi menjadi branding utama. Semisal begini, memang ada banyak brand yang menjadikan nama brand sebagai branding utama mereka. Dengan memilih nama brand yang bagus, unik dan sudah mampu merepresentasi produk yang mereka buat, hal itu secara langsung akan menggiring konsumen melirik produk mereka. Semisal; supreme sebagai salah satu apparel dengan nama branding yang bagus dan unik. Nama tersebut juga mampu merepresentasi produk yang mereka buat tanpa perlu menjelaskan pada konsumen tentang konsep yang mereka ingin tunjukan karena kata tersebut kebetulan sudah ada dalam bahasa inggris.
Supreme
adjective
1.
(of authority or an office, or someone holding it) superior to all others.
"a unified force with a supreme commander"
Nama brand tersebut sudah mampu mewakili apa yang konsumer inginkan sebagai pribadi yang memakai dan ingin menggunakan kata supreme sebagai salah satu quote atau sebagai sarana untuk mengekpresikan diri mereka. Sebagai keuntungan, pemilik brand dapat memanfaatkan arti kata dari supreme sendiri sebagai daya tarik tanpa susah payah melakukan branding nama dengan banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan iklan. Mereka hanya butuh visual interest sebagai sarana untuk memperkuat apa yang mereka tawarkan dengan cara mengukuhkan dan memposisikan brand mereka sebagai salah satu brand yang sangat familiar di hati konsumer.
Jika meringkasnya, urutannya akan seperti ini:
1. Nama Brand
2. Arti dari nama yang dipilih (familiar/ dekat dengan konsumer/ menjadi bagian dari konsumer)
3. Visual Interest (mempengaruhi konsumer dengan lebih)
4. Kualitas Produk
Hal- hal tersebut diatas merupakan hal konvensional yang perlu dilakukan sebuah brand dengan memanfaatkan Nama Brand dan Arti dari nama di dalamnya sebagai basis untuk memikat konsumer atau tafrget audience.
Mungkin sebuah cara memikat market dengan cara konvensional seperti tersebut diatas masih sering digunakan, dengan berbagai keuntungan yang ada didalamnya. Tetapi dengan terus berubahnya dan berkembangnya jaman, system marketing yang kita gunakan juga harus selalu megikuti berkembangnya jaman.
Contoh:
Ada tiga sifat fundamental yang dikatakan oleh Knapp untuk membedakan suatu merk sejati;
1. Internalisasi kesan- kesan
2. Posisi khusus dalam benak konsumen
3. Manfaat emosional dan fungsional yang dirasakan.
Dari tiga sifat diatas maka pada akhirnya sebuah merk bukanlah apa yang dibuat di pabrik atau yang tercetak di kemasan dan atau yang diiklankan oleh marketing. Brand adalah apa yang ada di pikiran konsumen. Maka, secara tidak langsung kita disadarkan untuk selalu memposisikan diri sebagai konsumen.
Melalui cara di atas, banyak sudah kita lihat branding- branding aplikatif yang dilakukan sebuah brand dengan cara menggaet personel band, pemain skate dan banyak aktivitas lain yang erat hubungannya dengan anak muda. Dengan cara endorsement, hal ini menjadi bukti bekerjanya tiga sifat fundamental milik Knapp untuk perkembangan sebuah brand dan memastikan bahwa sebuah brand benar- benar sedang berada di hidup konsumernya. Mereka para brand yang berkonsep street wear, band merch, skate board, motor, sepeda dan banyak hal lain yang digandrungi muda- mudi akan menjadi tempat yang tepat untuk memasarkan, mengenalkan serta mempererat nama brand yang mereka miliki di benak konsumen.
Kemudian secara emosional orang yang anda pilih untuk endorsement akan menyampaikan produk atau brand anda dalam bentuk manfaat emosional dan fungsional yang dirasakan melalui kualitas produk yang brand tawarkan.
Jadi, dari dua contoh simple system marketing dan branding di atas, sebagai pemilik brand kalian akan merasa nyaman dan tertata dalam menjalankan brand tanpa kebingungan mencari cara mengembangkan brand yang kalian miliki di hati konsumen. Perlu diingat bahwa marketing akan selalu berubah dan terus berkembang, oleh karena itu menggunakan cara lama dengan didukung cara- cara yang kekinian akan menjadi senjata yang jitu.
Bersambung...
Selamat mencoba merintis clothing line dengan konsep matang yang kalian inginkan.